Rabu, 17 September 2014

TUGAS KEDUA MATA KULIAH SINTAKSIS



A. Jenis Frase menurut Ramlan
1.      Frase Endosentrik
Farse endoentrik yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya.
Contoh :
v  Diskusi kami dalam perjalanan, di lobi hotel.
v  Para anggota DPR RI juga melihat problem media penyiaran merupakan hal yang mutahak dicermati.
v  Para petinggi daerah, dan diaplikasikan di daerah.
v  Bagi para siswa sebenarnya sajak atau puisi itu bukan sesuatu yang sulit.
v  Para penyair yang sudah berpengalaman menulis sajak.

2.      Frase Endosentrik yang Koordinatif
Frase endosentrik yang koordinatif terdiri dari unsur-unsu yang setara. Kesastarannya itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur  itu dihubungkan dengan kata penghubung “dan atau, atau”.
Contoh:
v  Siang dan malam
v  Watak dan karakter
v  Serumit dan sesulit
v  Ujud dan sosoknya
v  Sajak dan puisi
v  Piawai dan unggul
v  Sepele dan tak mendapatkan perhatian
v  Layu dan bersedih
v  Menafsirkan atau mengungkapkan
v  Diterima atau ditolak
v  Penolakan dan penerimaan
v  Menerima dan tidak menerima


3.      Frase Endosentrik yang Atributif
Frase endosentrik yang atributif terdiri dari unsur-unsur  yang tidak setara.  Oleh kerana itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan denagn kata penghubung dan atau atau.  
Contoh :
v  Gunung atau berenang
v  Beragam dan merata
v  Melengkapi dan saling memperkaya
v  Sistim dan kultur
v  Izin dan lainnya
v  Diperdebatkan dan dikaji
v  Jurnalistik dan penyiaran
v  Peluang dan potensi

4.      Frase Endosentrik yang apositif
Frase endosentrik yang apositif adalah frase yang secara semantik, unsure frase yang satu dengan unsur frase yang lainnya.
Contoh :
v  Para pemikir bahasa sastra bersatu pendapat mengatakan bahwa suatu karya merupakan ungkapan bahasa yang tidak biasa
v  Seorang penyair yang menggambarkan dahsyatknya neraka
v  Para penyair yang sudah berpengalaman menulis sajak berupaya dengan sangat keras membuat gambar-gambar puitis.
v  Aku menyerupai hewan ganas yang ditinggalkan kawan-kawanya.
v  Seorang siswa bernasib malang pernah menulis surat kepada saya
v  Seekor burung yyang lepas bebas mendekati burung yang berada dalam sanggar

5.      Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Contoh:
v  Siswa lumpuh brekursi roda itu dapat menggelilingi halaman rumahnya
v  Penyair taufiq ismail menafsirkan atau mengungkapkan atau menuangkan pengalamannya berhadapan dengan suatu situasi tertentu dinegeri kita
v  Gagasan-gagasan baru itu sering muncul dari hasil diskusi kami dalam perjalanan, di lobi hotel
v  Riau TV pun diluncurkan kepublik, dan menjadi bagian dari gemuruh riau menyongsong hari kedepannya
v  Bahagian dari mimpi, bahagain dari obsesi kami, untuk mu riau
v  Reporter Aantono dengan penyelenggaraan kamera  Idrus lubis meliputi segala peristiwa di poltas pekanbaru dan di pengadilan negeri di pekanbaru

Tugas Pertama SPOK Mata Kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia oleh Ermawati S, S.Pd., M.A.



Tugas Pertama SPOK Mata Kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia oleh Ermawati S, S.Pd., M.A. 
Pengertian S P O K menurut Abdul Chaer

1.Predikat (P)
            Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.

2. Subjek (S)
            Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.

3. Objek (O)
            Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)

4. Pelengkap (PEL)
            Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.

5. Keterangan (K)
            Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
            Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
 
1.      Pengertian Subjek
Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), semua hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya berisi kata/frasa, klausa, frasa verbal. Subjek dapat pula dikenali dengan cara memakai kata tanya siapa (yang), apa (yang) kepada PREDIKAT. Jika jawaban tidak logis maka tidak ada Subyek.
2.      Pengertian Predikat
Predikat menyatakan keadaan yang dilakukan oleh S, sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S, atau jumlah sesuatu yang dimiliki S. Predikat adalah bagian kalimat yang menghubungkan antar S dengan O dan K. Predikat dapat berupa kata/frasa berkelas verba, adjektifa, numeralia (kata bilangan), dan nomina (benda).
3.      Pengertian Objek
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak Objek selalu di belakang Predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang memerlukan Objek. Jika Predikat diisi oleh verba INTRANSITIF maka Objek tidak diperlukan sehingga kehadiran Objek dalam kalimat dikatakan TIDAK WAJIB HADIR. Namun Objek dapat menjadi Subjek bila dipasifkan.
4.      Pengertian Pelengkap
Pelengkap atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Letak Pelengkap umumnya di belakang Predikat yang berupa verba. Seringkali kita dibuat bingung antara Pelengkap dan Objek. Satu hal yang perlu diketahui adalah Pelengkap tidak dapat menjadi Subyek bila dipasifkan. Jika kalimat ada Objek maka biasanya Pelengkap terletak setelah (di belakang) Objek. Pelengkap dapat pula diisi oleh frasa adjektiva dan frasa preposisional.
5.      Pengertian Keterangan
Keterangan merupakan bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat yang lainnya. Unsur Keterangan dapat berfungsi untuk menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisi keterangan itu bisa di awal, tengah, dan akhir kalimat.
Ada beberapa macam keterangan yang perlu kita ketahui, yaitu :
  1. Tempat (di, ke, di (dalam), pada)
  2. Waktu (pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang)
  3. Alat (dengan)
  4. Tujuan (supaya, untuk, bagi, demi)
  5. Cara (secara, dengan cara, dengan jalan)
  6. Penyerta (dengan, bersama, beserta)
  7. Similiatif (seperti, bagaikan, laksana)
  8. Penyebab (karena, sebab)
  9. Kesalingan (satu sama lain)
Pola Kalimat Dasar
  • S-P
  • S-P-O
  • S-P-Pel
  • S-P-Ket
  • S-P-O-Pel
  • S-P-O-Ket
  • S-P-O-Pel-Ket